"Ini memang ironis karena kilang Cilacap sangat strategis. Di tempat itulah diproduksi bahan bakar yang menyuplai 44 persen kebutuhan energi nasional, di antaranya 75 persen di pulau Jawa," kata mantan Kepala Badan Pengatur Hilir dan Gas Bumi (BPH Migas) tersebut di Jakarta
Tubagus mengatakan, salah satu penyebab berubahnya status Indonesia dari pengekspor menjadi pengimpor minyak adalah tidak mencukupinya fasilitas kilang minyak yang mampu mengolah minyak dalam negeri.
Saat ini, setiap harinya Indonesia mengekspor 900 ribu barel minyak mentah ke berbagai negara sementara total impor barang yang sama adalah 1,4 juta barel per hari.
"Kilang Cilacap memang sejak awal dirancang untuk mengolah jenis minyak yang dihasilkan dari ladang di Timur Tengah, tujuannya agar kilang itu bisa memproduksi bukan hanya bahan bakar minyak namun juga produk bukan BBM seperti aspal dan pelumas," kata Tubagus.
Mengingat kenaikan konsumsi bahan bakar yang terus tumbuh 3,5 persen per tahun, Tubagus mendesak pemerintah segera membangun kilang minyak yang bisa mengolah minyak bumi dalam negeri untuk memastikan ketahanan energi nasional.
"Sebanyak 30 persen kebutuhan bahan bakar di negara kita dipenuhi dari impor. Dengan kenaikan konsumsi akibat pertumbuhan ekonomi dan aktivitas industri, produksi minyak dalam negeri harus ditingkatkan jika kita tidak mau terus bergantung," kata Tubagus.
Sampai saat ini terdapat 10 kilang minyak di Indonesia dengan tujuh di antaranya dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara PT Pertamina. Tubagus mengatakan bahwa kebanyakan minyak yang diproduksi dari ladang Indonesia justru diekspor ke luar negeri.
0 komentar:
Posting Komentar